Di Indonesia, jomblo sering dianggap warga negara kelas dua. Mereka dilecehkan, diledek, dan dianiaya secara psikologis. Setiap malam Minggu, mereka sibuk nangis sambil sampo-an. Beberapa dari mereka bahkan tidak mengenal malam Minggu, hanya mengenal Sabtu malam.
Tapi, apa itu jomblo?
Kenapa seseorang bisa menjomblo?
Berikut saya paparkan tiga tipe jomblo menurut penyebabnya.
Semua Masih Tentang Kita
Jumat, 16 Maret 2012
Senin, 12 Maret 2012
Deskripsi SIAL Ala Mahasiswa
Sial itu wajar. Beberapa orang pasti selalu mengalaminya. Berikut ini beberapa deskripsi kesialan ala mahasiswa.
Sial itu kalau sudah ngetik 10 halaman tiba-tiba listrik mati dan lupa nge-save.
Sial itu sudah lari ngos-ngosan sampai ruang kelas ternyata dosennya kosong.
Sial itu sudah dibela-belain ngelembur buat tugas ternyata dosennya kosong.
Sial itu dosen yang bilang besok ujian open book padahal besok close book.
Sial itu itu mati lampu saat nafsu belajar menggebu.
Semester Genap, Menggenapkan Usaha Kita
Aku lebih suka yang berhubungan dengan genap. Menurut aku, genap itu hal yang
positif. At least better daripada kata ganjil. Kamu pernah dengar kata
genap di dalam kalimat negatif? Never.
Semester genap ini aku melipat gandakan usaha semaksimal mungkin untuk mencapai satu-satunya tujuan aku sejak awal pertama masuk kuliah: LULUS. Aku mencoba melupakan semester-semester yang terbuang sia-sia selama ini karena kuliah yang nggak niat, aktivitas di luar kampus, cuti kuliah, part time yang aku lakukan sambil kuliah. Ya... aku sudah (mencoba) ikhlas.
Minggu, 11 Maret 2012
Kupang Lontong Malang
Sama dengan selera musik, selera makan memang berbeda antara
satu orang dengan lainnya. Bagi aku, satu potong ayam balado di warung padang
pinggir jalan jauh lebih enak dibandingkan braised
veal cheek with tao cheo chinese miso garlic and grilled polenta cake yang
aku makan di salah satu restoran terkenal di Jakarta.
Ketika di Bali, kakak aku ngajak makan di Handkase mit
Musik. Kalau diterjemahkan, ini berarti Handkase dan musik. Handkase itu
makanan khas Frankfurt berupa keju yang dibuat dengan satu tangan dan
diasinkan. Makanannya dengan cacahan bawang putih yang ditaburkan di atasnya. Gabungan
antara keju dan bawang putih ini akan menimbulkan ‘musik’ berupa kentut.
Tetap, buat aku, satu bungkus gado-gado terasa lebih enak
dari Handsake mit Musik. Bagi orang lain, ayam balado jauh dari braised veal,
dan gado-gado juga kebanting dengan Handkase mit Musik. Selera orang
berbeda-beda.
Sabtu, 10 Maret 2012
Pesan Moral Dari Sepiring Makanan
Aku lebih suka tata cara makanan Indonesia dibandingkan fine dining di restoran-restoran yang biasa menyajikan three-course meal.
Orang-orang bule biasanya suka three-course meal, yaitu hidangan yang disajikan dalam tiga babak. Pertama-tama mereka duduk, appetizer (makanan pembuka) datang. Lalu, setelah selesai, pelayan akan mengangkat piring dan memberikan main course (makanan utama), dan pada akhirnya dessert (pencuci mulut) disajikan. Ketiganya dilakukan secara bertahap.
Ini tentu saja sangat berbeda dengan orang Indonesia: datang ke warteg, mesen makan, angkat kaki satu ke kursi. Nah, cara makan seperti ini yang lebih enak buat aku. Entah kenapa, ada kenikmatan tersendiri kalau makan sambil ngangkat kaki ke atas kursi.
Orang-orang bule biasanya suka three-course meal, yaitu hidangan yang disajikan dalam tiga babak. Pertama-tama mereka duduk, appetizer (makanan pembuka) datang. Lalu, setelah selesai, pelayan akan mengangkat piring dan memberikan main course (makanan utama), dan pada akhirnya dessert (pencuci mulut) disajikan. Ketiganya dilakukan secara bertahap.
Ini tentu saja sangat berbeda dengan orang Indonesia: datang ke warteg, mesen makan, angkat kaki satu ke kursi. Nah, cara makan seperti ini yang lebih enak buat aku. Entah kenapa, ada kenikmatan tersendiri kalau makan sambil ngangkat kaki ke atas kursi.
Langganan:
Postingan (Atom)